William selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”, ia juga menamainya “empirisme radikal”.
Menurut
James, pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yag benar ialah
apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan perantaraan yang
akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia
menerima segala sesuatu asal saja membawa akibat praktis, misalnya
pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistik, semuanya bisa diterima
sebagai kebenaran, dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang
praktis yang bermanfaat.
Sedangkan
empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus tidak menerima suatu
unsur alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara langsung.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Menurut
James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu Tough
Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya
lewat pendekatan empirirs dan tergantung pada fakta-fakta yang dapat
ditangkap indera.Sementara, Tender Minded hanya mengakui kebenaran yang
sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat rasional.
Menurut
James, terdapat hubungan yang erat antara konsep pragmatisme mengenai
kebenaran dan sumber kebaikan. Selama ide itu bekerja dan menghasilkan
hasil-hasil yang memuaskan maka ide itu bersifat benar. Suatu ide
dianggap benar apabila dapat memberikan keuntungan kepada manusia dan
yang dapat dipercayai tersebut membawa kearah kebaikan.
Disamping itu pula, William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap pragmatisme, sebagai berikut:
a. Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat di prediksi tetapi dunia benar adanya.
b.
Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi sesuatu yang
terjadi pada ide-ide daam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan
nyata.
c.
Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi keinginannya untuk
percaya pada dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan dengan
pengalaman praktisny maupun penguasaan ilmu pengetahuannya.
d.
Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan yang
absolut, tetapi semata-mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan kita
kepada kebenaran-kebenaran yang lain tentang dunia tempat kita tinggal
didalamnya (Horton dan Edwards, 1974:172).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar