a.
Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika
dan kebenaran absolute (kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran
apabila terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu
diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah
mengingkari sesuatu yang transcendental (bahwa Tuhan jauh di luar alam
semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat
mendewakan kemepuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka
sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.
b.
Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah
sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh
manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang
matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat
pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.
c.
Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai
cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat
sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi
kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya manusipa hidup
semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme menderita
penyakit humanisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar