Rabu, 28 Desember 2016

Sejarah Makanan Khas Serang "Bontot"

Sejarah Makanan khas Serang "Bontot"

Bontot yang merupakan istilah bahasa Serang-Banten yang memiliki arti bungsu atau anak paling terakhir. Mungkin inilah asal muasal kenapa dinakaman bontot, karena si bontot adalah makanan yang bentuknya mungil.

Apakah bontot hanya dirasakan kelezatannya untuk anak bontot alias bungsu? Tentunya tidak, bontot makanan gurih dapat dinikmati siapa saja,  terlebih bagi mereka yang sangat suka dengan olahan ikan dan masakan yang bergizi tinggi, dan tentu aman di kantong, karena harga si bontot sangatlah terjangkau, satu gorengan bontot dihargai dengan Rp 500,-.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan tentu ikan-ikan yang menari di perairan laut, payau bahkan sungai menjadi anugrah tersendiri untuk masyarakatnya. Masyarkat di Desa Desa Domas, Kecamatan Pontang, Serang, Banten  menjadi salah satu masyarakat yang menikmati anugrah kekayaan ikan laut dan ikan payau. Di Desa Domaslah, lahirlah makanan bontot yang berbahan dasar ikan payus.

Ikan Payus yang memiliki nama ilmiah Sillago sihama merupakan bahan utama pembuatan Bontot. Pernahkah mendengar nama ikan bandeng laki,  burjun, bojor, peren, seperen, wariyung, kacangan dan ubi jurjun? Itu adalah sebutan ikan payus di beberapa daerah di Indonesia. Tidak hanya Desa Domas saja yang membudidayakan ikan payus, Jepang dan beberapa negara di ASIA lainnya juga memilih ikan payus menjadi daftar ikan yang dibudidayakan di negaranya masing-masing. Banyaknya kalsium yang terkandung dalam tulang ikan payus bisa diolah menjadi tepung untuk pembuatan aneka makanan lainnya, itu baru tulang loh, bagaimana dengan dagingnya? Sudah pasti banyak memilik gizi dan protein yang baik untuk tubuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar