Perubahan
Filosofi Rousseau
“Mengubah
Sifat” Pendidikan
Jean - Jacques
Rousseau mendunia, dan tepat, dilihat sebagai tokoh filosofi besar dari
Perancis, era Pencerahan : dia juga mendunia, dan benar, dilihat sebagai tokoh
filosofi pendidikan yang paling penting dalam siecle des lumieres (era Pencerahan) . Bagi Rousseau politik dan
pendidikan sangat kuat hubungannya: dia menyampaikan tugas transformasi
pendidikan yaitu tentunya merubah mereka yang mencintai diri sendiri dan hidup
dalam keegoisan oleh “kehendak tertentu” menjadi mencintai sesama dengan
bersifat “kehendak umum” ( kehendak umum ini akan menjadi satu-satunya yang
dimiliki sesama”). Bagi Rousseau “Legislator Terbesar” (lebih tepatnya
Pendidikan Kewarganegaraan) harus, dipelajari lebih lama, “mengubah sifat
manusia” dari membentuk orang-orang yang
mencintai dirinya sendiri menjadi
“Pemimpin Sparta” (yang tidak meminta apakah anak-anak lelaki mereka
sendiri selamat dalam peperangan tetapi apakah " penguasa terbaik"
di kotanya masih hidup). Lalu,
Rousseau menyampaikan sebuah gagasan
yang mutlak untuk perubahan pendidikan
seutuhnya (yang membuat orang berfikir “apa yang seharusnya mereka”) -
keutamaan diberikan untuk pendidikan ini
sebanding dengan yang dikemukakan olehh salah satu tokoh filosofi terdahulu,
namanya Plato. Tetapi Rousseau juga menegaskan pendidikan tersebut,
bagaimanapun perubahannya, bagaimana “mengubah sifatnya”, hasil akhirnya harus
menghasilkan orang- orang dewasa yang
akhirnya dapat berkata pada guru – guru nya (dengan Emile).
“Kau yang membuatku untuk aku bisa memutuskan”
(Rousseau , 1910, p 435). Sejauh manakah Roussea mensukseskan dalam mencari
keseimbangan yang tetap diantara mengubah sifat pendidikan dan hasil akhir pada
dewasanya adalah pusat kesulitan dari masyarakatnya terdahulu.- halaman-halaman
ini akan mencoba mengungkapkannya
Pendapat
Rousseau belum bespusat pada kebebasan
–terutama tentang kebebasan tindakan-tindakan manusia yang sah
secara moral –beberapa susunan karangannya tentang pemikiran politik dia akan
jadi (benar-benar) tidak terhitung . Terutama, pada valonte generale atau kehendak umum bangsa, tidak akan menjadi
gagasan pokok dalam filosofi politiknya : dia hanya akan berbicara, menurut
Plato,Secara umum untuk mencapai
pada keadaan yang sempurna yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan, seperti
yang dijelaska dalam Republik 462b
(“lakukan beberapa kejahatan yang kita tahu lebih baik bagi Negara dari pada mengabaikannya dan membuatnya jadi sesuatu yang
tidak bermanfaat, atau lebih baik daripada menjadikannya bersama dan membuatnya
satu?”) atau yang sudah diungkapkan oleh republic Montesquieu esprit general (Montesquieu , 1949, pp.
1134, 1144) ; Dia tidak pernah berbicara
tentang kehendak umum sebagai sesuatu yang sulit untuk disesuaikan - sulit
karena harus “mengubah” sesuatu tertentu tanpa menganggu (pinsip) mereka. Tapi
sesuatu yang harus (bagi Rousseau) memiliki valonte
generale (kehendak umum), bukan esprit general(semangat umum) : karena
““untuk menghilangkan kehendak kamu untuk semua kebebasan untuk menghilangkan
aksi moralitas kamu” dan “hubungan perdata adalah relawan paling bertindak di
dunia” (Rousseau , 1969b, pp 105, 28). (Rousseau , 1969b, pp 105, 28).
Relawan terbaiknya
yang keluar mendukung Rousseau adalah Judith Shklar, yang berpendapat
meyakinkan mengenai gagasan kehendak umum itu “segala sesuatu yang melekat
paling ingin dia katakan” justru karena itu
“transposisi fakultas paling penting individu moral (kehendak) ke bidang
pengalaman masyarakat” (Skhlar , 1969, p , 184,; lihat juga Skhlar , 1973)
Lagi pula, bukan kehendak
umum – suatu jenis kehendak tertentu -
penting bagi Rousseau, Legislator Terbesar Tidak akan dimiliki untuk
hasilnya dicapai Masyarakat nya.(dalam Social Contract,; II, 7) seperti
diartikan sebagai penderitaan - seperti “ memaksa tanpa kekerasan” dan
”membujuk tanpa hukuman”. Plato tidak mengkhawatirkan kesulitan-kesulitannya,
karena raja filsuf ini dengan mudah mengetahui kebenaran yang penting, seperti
“kebaikan yang abadi” (Phaedo 7d) yang bahkan para dewa dan cinta.(Euthypro,
10d-e) oleh karena itu berhak untuk pendidikan dan peraturan (Republic , 1V)
Bagi Rousseau yang dibutuhkan politik untuk menjadi sempurna (The Social
contract, II, 6) adalah “sebuah penyatuan kehendak dan memahaminya” , jadi pada akhirnya
pengetahuan kewarganegaraan adalah legislator terbesar, akhirnya banyak
warganegara, terpikat ke dalam
(kebodohan alami) kehendak umum terkenal karena yang akhirnya menjadi
“pencerahan” dan menjadi selalu “benar”.
Disini sejarah dari
“kehendak umum” sebelum Rousseau menjelaskannya , menurut Rousseau, kehendak
umum itu tidak natural:ini adalah hasil yang di buat (waktu yang lama) yang
siap “mengubah sifat“, keegoisan dalam pendidikan dibentuk lebih oleh menteri
terdahulu Lycurgus atau Moses pada akhir pendidikan. Kebebasan berpendapat pada
akhirnya harus menjadi sesuatu kemungkinan
Tapi dalam gagasan
pada abad ke -17 pekemuka kehendak
tertenuu– Arnauld, Pascal, Malebranche, Fenelon, Bayle, Leibniz – Kuasa
Tuhan (untuk “lindungi semua manusia” setelah jatuh; lihat Riley , 1986, pp
4ff) bersifat alami: Bagaimana bisa “mengubah sifat” atau mengubah kehendak
menjadi sempurna, bukankah dia dibuat “menjadi” “alami” dari waktu ke waktu?
Rousseau – siapa yang tahu seluruhnya pada abad ke-17 tentang kontrofersi
“kehendak umum” (lihat Riley,1986, chapter 5) -
ketahui juga ketidakTuhanan
(untuk mengubah ungkapan) itu menjadi “terpaksa untuk berkuasa”. Tapi
ada saatnya kebebasan tidak berketuhanan itu, saat masih kecil pada akhirnya akan menjadi tak , Sebenarnya
masalah utama dari semua gagasan Rousseau
adalah untuk menemukan wewenang pendidikan non- otoriter yang “mereka seharusnya menjadikan manusia” (Economic Politique , Rousseau, 1950b, p.
297), tanpa (tetap) ada yang merampas kebebasan mereka “baik kebajikan, atau
keburukannya, atau kebaikan hatinya, atau kekurangannya atau moral dalam
tindakan manusia “ yang dapat
dibayangkan. (Lettre a M. de Franquieres, 1769, Rousseau, 1974, pp 180-1)
Tak ada Seorangpun,
ketika maksud Rousseau untuk “menyemaratkan” dalam waktu lama tanpa menganggu
kebebasan,- yang baginya sangat penting dia menemukan kuasa yang tidak patuh
yang dapat “ memaksa tanpa kekerasan” – dapat dikatakan Rousseau memiliki banyak
kesulitan dalam mendamaikan kebebasan
dan “apa yang seharusnya manusia”,
lalu (terutama) Kant : dan ada juga perbandingannya yaitu dengan Hegel yang akan sangat membantu.
Rousseau , Kant dan Hegel- mereka terpisahkan oleh semesta – mereka semua yang
sengaja membuat “etika berkehendak yang penting” (dalam bentuk “kehendak umum”,
”kehendak baik” dan [disebut] “kehendak nyata”; lihat Riley,1982) kehendak
ketiganya di temukan secara tidak sengaja; semuanya dialirkan dengan tidak
terduga-dari volonte particuliere atau
kehendak tertentu, dari yang disebutkan Shakespeare “kehendak penuh
hydra-headed” (Henry V,I,i).
Tetapi teori Rousseau
dari keegoisan dan amour-propre(
relative mencintai diri sendiri, agak menyakitkan hati) menujukan pada Sparta
(dengan “pemimpin Sparta”), pada halaman pembuka tadi tentang pendidikan,
sementara pada Kant “sebaliknya” untuk beralih ke sebuah akhir kerajaan yang
universal atau (bila gagal) setidaknya pada republic yang universal dan
kedamaian abadi (Kant,1922, pp 161-2; lihat juga Riley , 1983, pp 167ff).
Tetapi Kant lebih mudah mempertahankan kebebasan atau otonomi daripada Rousseau
– atau Hegel, yang “sebenarnya” ingin
kehendak menjadi posisi yang “diakui” atas perwujudan kebebasan rasional yang
konkrit (Hegel, 1942, p 105; lihat juga Kely, 1978, pp 113-14; Oakeshott, 1975,
p 160) – karena “menyemaratkan” (atau agak universal) akan menjadi alasan –
memutuskan “akhir tujuan,” bukan Lycurgus(atau Bildung).
Rousseau meragukan
itu, baginya yang dapat menjadi akhir tujuan adalah morale universalle
(moralitas yang universal); baginya garis pentingnya digambarkan diantara “yang umum” dan “universal” ,
polis dan kosmopolis. Yang meragukan (dalam muka Kant) itu adalah “Kantian” mungkin jenis otonomi
itu, Rousseau menentukan dirinya tugas
yang berat dari menyemaratkan kehendak yaitu tanpa meminta bantuan kepada
“akhir tujuan” – tetapi dengan meminta bantuan kepada otoritas pendidikan, itu keinginan terbesar untuk dimasukkannya
kedalam (masyarakat , “politan”)
pengetahuan untuk kemudian menjadi bebas seiring berjalannya waktu
Ujian yang diikuti
adalah dari (keterangan) jalan yang Rousseau semaratkan, meninggalkan nya itu
(dia berharap) bebas, tapi tanpa disengaja. Alasan Rousseau menggunakan
“kehendak umum” sebagai konsep politiknya dan itu sebagai dasar berfilsafat -
seberapa siap- untuk mencapai tujuan pada gagasan tentang agama yang mungkin
sudah dilakukannya pada abad ke tujuh belas (bukankah Pemimpin Sparta memiliki
volonte generale(kehendak umum) untuk
“melindungi” kotanya, sebagaimana Tuhan berkehendak melindungi “semua manusia”
nya?”) lagipula , terdapat dua istilah
dari volonte generale –
generality(“kehendak) ” dan will (“umum”) - mewakili dua arti tersebut dalam
gagasan Rousseau. “peraturan umum” yang bertahan, antara lain, karena penegak hukum, karena Pendidikan
Kewarganegaraan yang menggambarkan kita dan untuk diri kita kearah yang umumnya
baik (atau biasanya), karena kebaikan-warganegara yang tidak tertentu pada
Sparta dan republic Roma (lihat
khususnya Rousseau , 19622, pp 424ff) “kehendak” bertahan, lagi,bagi
pendiriannya Rousseau hubungan perdatanya adalah “relawan paling bertindak di
dunia” itu “untuk menghilangkan kehendak kamu untuk semua kebebasan untuk
menghilangkan aksi moralitas kamu” (Rousseau , 1969b, pp 105, 28)
pp.
105,28). Dan jika salah satu bisa "menyemaratakan" kehendak, sehingga
"memilih" hanya satu hukum, kewarganegaraan, dan kebaikan bersama,
dan menghindari disengaja cinta-diri, maka orang akan memiliki kehendak umum
dalam arti tertentu Rousseau. The (awalnya ilahi) volonte generale dari pascal,
Malebranche, Fenelon, dan Leibniz berhubungan erat dengan ini tujuan moral
yang: maka mengapa tidak menggunakan istilah yang sudah diberikan politis
digunakan oleh Bayle di Pensees diverses sur la Comete (Bayle, 1704. Pp 452ff.
).
Itu
hampir terbuka untuk meragukan, memang, bahwa bangsa-bangsa dari kehendak dan
umum sama-sama penting dalam filsafat moral dan politik Rousseau, tanpa akan
ada kebebasan, tidak ada penentuan nasib sendiri, tidak ada "kausalitas
moral" (versi pertama dari kontrak sosial ; Rousseau, 1962e, p 499), tidak
ada abligation.; tanpa umum akan mungkin berubah-ubah, egois, terobsesi diri,
yang disengaja.
Rousseau bersama dengan pemikir
individualis modern (terutama Hobbes dan locke) keyakinan bahwa semua kehidupan
politik konvensional, yang dapat dibuat wajib hanya melalui sukarela,
persetujuan individu. Terlepas dari kenyataan bahwa ia kadang-kadang memperlakukan
ide-ide moral jika mereka hanya "muncul" dalam proses perkembangan,
dalam perjalanan sosialisasi (lettre a M. de Beaumont, Rousseau, 1971c). ia
sering-khususnya di kontraktarian nya vena-jatuh kembali pada pandangan bahwa
kehendak manusia bebas adalah "penyebab" dari tugas dan wewenang yang
sah. Dengan demikian, dalam sebuah argumen menentang perbudakan di kontrak
sosial. Rousseau mendesak bahwa "untuk mencabut kehendak Anda semua
kebebasan" adalah untuk menghilangkan tindakan Anda dari otoritas yang
sah. Itulah alasan yang bisa diambil tidak ada gagasan yang benar atau
moralitas dari kekuatan belaka adalah bahwa "untuk menghasilkan memaksa
adalah tindakan keharusan, bukan dari kehendak" (Rousseau, 1962b, hal.
26). (Ini menunjukkan terlebih dahulu bagaimana hati-hati kita harus
menafsirkan kalimat sengaja paradoks "dipaksa untuk bebas.") Dalam
asal-usul ketidaksetaraan, di sebuah bagian yang hampir prefigures kant, ia
menekankan pada pentingnya agen bebas, dengan alasan bahwa sementara "fisika
"(ilmu pengetahuan alam) mungkin menjelaskan" mekanisme indra,
"itu tidak pernah bisa membuat dimengerti" kekuatan bersedia atau
reather memilih "- kekuatan yang" tidak dapat ditemukan tetapi
bertindak yang murni spiritual dan sepenuhnya bisa dijelaskan oleh hukum
mekanisme "(Rousseau, 1950a, hlm. 208). Ini adalah kekuatan ini bersedia
secara bebas, bukan alasan, yang membedakan manusia dari binatang. Dalam (tidak
dipublikasikan) versi pertama dari kontrak sosial ia bahkan pernah mengatakan
bahwa "setiap tindakan bebas memiliki dua penyebab yang setuju untuk
memproduksinya: pertama penyebab moral, yaitu kehendak yang menentukan
tindakan; yang lain fisik, yaitu kekuatan yang mengeksekusinya "(Rousseau,
1962e, p. 499). Rousseau, dari, tidak hanya membutuhkan ide kant-mengantisipasi
kehendak sebagai "kausalitas moral," dia benar-benar menggunakan
istilah tersebut.
Semua ini dikonfirmasi
oleh apa yang Rousseau mengatakan tentang kehendak di emile, di mana ia
berpendapat (melalui pidato dimasukkan ke dalam mulut pendeta Savoyard) bahwa
"kekuatan motif semua tindakan adalah di kehendak makhluk bebas,"
yang "itu bukan kebebasan kata yang tidak berarti, tapi keharusan kata.
"Kehendak adalah" independen indra saya ": Saya"
persetujuan atau menolak, saya menghasilkan atau saya menang kemenangan, dan
saya tahu dengan sangat baik dalam diri saya ketika saya telah melakukan apa
yang saya inginkan dan ketika saya telah hanya memberikan cara untuk gairah
hidup saya. "manusia, ia menyimpulkan," bebas untuk bertindak,
"dan dia" tindakan kemauannya sendiri "(Rousseau, 1910, hlm.
243-4). Selain itu, kehendak bebas manusia tidak menyimpang dari pemeliharaan,
tetapi memuliakan itu, karena Tuhan telah "membuat pria jadi sangat baik
alam, bahwa ia telah dikaruniai tindakannya dengan moralitas dimana mereka
dimuliakan." Rousseau tidak setuju dengan orang-orang teolog ( misalnya,
Hobbes) yang berpendapat bahwa kebebasan manusia akan berkurang dewa oleh
merampok dari kekuasaannya:
Providence
telah membuat manusia bebas yang ia dapat memilih yang baik dan menolak
kejahatan ... apa lagi yang bisa kuasa ilahi itu sendiri telah dilakukan atas
nama kami? Mungkinkah telah membuat alam kita kontradiksi dan telah memberikan
hadiah baik lakukan untuk orang yang tidak mampu kejahatan? Untuk mencegah
seorang pria dari kejahatan, harus Providence telah membatasi dia untuk naluri
dan membuatnya bodoh? (Rousseau, 1910, hlm. 243-4).
Yang
pasti, voluntarisme pra-Kantian dari emile dan asal-usul ketidaksetaraan tidak
keseluruhan cerita; bahkan di morales letteres (1757), yang digunakan sebagai
tambang dalam menulis emile, hubungan kehendak bebas untuk moralitas kehidupan
manusia adalah niat manusia "(Rousseau, 1958, hlm 1106ff;. pada pentingnya
lettres melihat shklar, 1969, pp 229-30) -. tampaknya pada awalnya menjadi
klaim voluntaris, hampir pratanda bangsa kant di grundlegung yang "baik
akan" hanya "unqualifiedly" hal yang baik di bumi (kant 1949, p.
11). Tapi niat ini tidak merujuk kepada "akan" dari emile, tetapi
untuk "hati nurani" - ". Suara abadi dan surgawi" yang
merupakan "naluri ilahi" dan Rousseau, setelah menempuh perjalanan
yang mencolok pada perasaan moral ( "jika melihat ... beberapa tindakan
kekerasan atau ketidakadilan, gerakan kemarahan dan kemarahan muncul sekaligus
dalam hati kita "), melanjutkan dengan berbicara tentang perasaan"
penyesalan "bahwa" menghukum kejahatan tersembunyi secara rahasia
"; dan ini "suara mendesak" ia menyebut perasaan tak sadar
(sentimen involontaire) yang "siksaan" kita. Bahwa frase sentment
involontaire tidak slip hanya dari pena (atau pikiran) dibuktikan dengan
pengulangan yang disengaja Rousseau "paksa":
Thuse
ada, di bagian bawah semua jiwa, prinsip bawaan keadilan dan kebenaran moral
{yang} sebelum semua prasangka nasional, semua maksim pendidikan. Prinsip ini
adalah aturan paksa {la ragle involontaire} dimana, meskipun pepatah kita
sendiri, kita menilai tindakan kita, dan orang lain, baik atau buruk; dan itu
adalah untuk prinsip ini yang saya berikan hati nurani nama.
Hati
nurani, maka, adalah moral yang perasaan-tidak mengherankan, pandangan yang
diberikan Rousseau sukarela bahwa "perasaan kita adalah tersaingi sebelum
alasan kami sendiri" (Rousseau. 1971c, pp. 1111. 1107. 1108. 1109). Dan,
sementara lettre semangat kelima dibuka dengan antisipasi jelas voluntarisme
emile ini, ini hanya sebuah penampilan yang membuktikan bahwa tidak tedeng
aling-aling yang tepat untuk "menemukan" di Rousseau pendahulu dari
kant. moral Rousseau sensitif (satu helai pemikirannya) tidak mudah untuk berdamai
dengan rasional menentukan nasib sendiri (lain, sama-sama otentik, strand) -
karena jika Rousseau mengatakan bahwa "untuk mencabut kehendak Anda semua
kebebasan adalah untuk menghilangkan tindakan Anda dari semua moralitas .
"Dia juga mengatakan bahwa hati nurani adalah sentimen yang
involontaire.Thuse ada, di bagian bawah semua jiwa, prinsip bawaan keadilan dan
kebenaran moral {yang} sebelum semua prasangka nasional, semua maksim
pendidikan. Prinsip ini adalah aturan paksa {la ragle involontaire} dimana,
meskipun pepatah kita sendiri, kita menilai tindakan kita, dan orang lain, baik
atau buruk; dan itu adalah untuk prinsip ini yang saya berikan hati nurani
nama.
Fakta
tetap, bagaimanapun, bahwa sementara emile diterbitkan, moral letters diadakan
kembali. Dan di emile Rousseau menekankan pada pentingnya moral kehendak bebas.
Oleh karena itu ia dapat memahami "akan" sebagai kausalitas moral
yang independen dengan kekuatan untuk menghasilkan efek moral. Dia pasti
berpikir bahwa ia telah diturunkan kewajiban politik dan kekuasaan politik yang
sah dari ini "kekuatan" dari bersedia: "asosiasi sipil adalah
tindakan yang paling sukarela di dunia; karena setiap individu dilahirkan bebas
dan tuannya sendiri, tidak ada yang bisa, pada setiap dalih apapun, untuk
tunduk kepadanya tanpa persetujuannya "(Rousseau, 1962b, hal. 105).
Memang, empat bab pertama dari kontrak sosial yang dikhususkan untuk
refutations teori yang keliru kewajiban dan wewenang paternal kanan, "hak
yang terkuat," dan kewajiban yang berasal dari perbudakan.
"Karena
tidak ada manusia," Rousseau menyimpulkan, "memiliki otoritas alami
lebih sesama manusia, dan karena kekuatan dalam arti tidak membuat kanan,
[sukarela] konvensi tetap sebagai dasar dari otoritas yang sah antara
laki-laki" 9rousseau, 1962b, hal. 105, 27 ).
Bahkan
jika "akan" adalah jelas sebuah bangsa moral, politik, dan teologis
sentral dalam pemikiran Rousseau, ini tidak berarti bahwa ia bersedia puas
hanya setiap wasiatnya seperti kehendak tertentu atau "disengaja"
kehendak. Tujuan konstan, memang, adalah untuk "generalisasi" akan
(Rousseau, 1962e, pp 472-3.) - baik melalui pendidikan kewarganegaraan, seperti
dalam pemerintahan Polandia. Atau melalui pendidikan swasta, seperti di emile.
Dalam pandangannya, masyarakat kuno seperti Sparta dan Roma telah sangat mahir
generalisasi kehendak manusia. Melalui kesederhanaan mereka, moralitas mereka
dari kebaikan bersama, agama sipil mereka, penggunaan moral mereka seni rupa
dan militer, dan kurangnya individualisme ekstrim dan kepentingan pribadi,
negara-kota kuno telah masyarakat politik dalam arti yang tepat. Di dalamnya
manusia telah menjadi bagian dari keseluruhan yang lebih besar dari yang ia
"dalam arti menerima hidupnya dan menjadi" (Rousseau, 1962b, hal
52.); di sisi lain, modern "prasangka." "filosofi dasar,"
dan "nafsu kecil kepentingan" menjamin bahwa "kita orang modern
tidak bisa lagi menemukan di ourselvesanything itu kekuatan spiritual yang
terinspirasi pada zaman dahulu oleh segala sesuatu yang mereka lakukan"
(Rousseau, 1962c, p. 430). Dan bahwa "kekuatan spiritual" dapat
diartikan avoidance- melalui identitas dengan sepenuh cinta diri yang lebih
besar, "bahwa disposisi berbahaya yang menimbulkan semua keburukan
kita." Pendidikan politik dalam sangat terpadu ( "umum") negara
akan "membawa kita keluar dari diri kita sendiri" dan memberikan kami
dengan kehendak umum sebelum ego manusia "telah ecquired bahwa kegiatan
hina yang menyerap semua kebajikan dan merupakan kehidupan dan menjadi pikiran
kecil" (Rousseau, 1950b, hal. 308). Oleh karena itu yang terbaik
lembaga-lembaga sosial "adalah mereka yang terbaik mampu mengubah sifat
manusia, untuk mengambil keberadaan mutlak dan untuk memberinya satu relatif,
dan untuk membawa moi ke kesatuan umum" (emile; Rousseau, 1962a, volume 2,
p. 145).
Jika
refleksi ini pada karakter merusak diri cinta dan particularisme mengingatkan
malebrance- yang telah mendesak agar "bertindak dengan volontes
particulieres menunjukkan kecerdasan terbatas" (Malebranche, 1958, hlm.
147-66), dan cinta yang untuk ilahi generalite telah menyebabkan Rousseau untuk
peringkat besar. Ayah Oratorian dengan plato dan locke (Rousseau, 1971b, p
1.111.) - itu adalah di kontras Rousseau dengan Malebranche bahwa kesulitan
penting muncul. Dalam Malebranche, kehendak tuhan dasarnya dan alami umum; di
Rousseau, kehendak pria harus dibuat umum - masalah yang ia mengibaratkan
(dalam korespondensi dengan Malesherbes) dengan yang mengkuadratkan lingkaran
(Rousseau, 1974b). tapi satu cukup dapat meminta ;: adalah masih
"akan" (qua independen "penyebab moral") jika harus
didenaturasi, diubah? Apakah negara Rousseau pendidikan - swasta dan sipil -
meninggalkan wasiat sebagai produsen otonom moral "efek" bahwa ia
tampaknya ingin? Seseorang tergoda untuk mengatakan bahwa ini adalah pertanyaan
untuk orang yang ingin volonte dan generalite untuk memadukan - sehingga (pada
akhir waktu) "persatuan kehendak dan pemahaman" sempurna akan
mensintesis (Locke) "kesepakatan sukarela" dan (platonis )
generalisasi pendidikan, akan berbaur kuno ( "Sparta") dan modernitas
( "kontrak") dalam "yang modern yang memiliki jiwa kuno"
(Rousseau, 1962d, p. 421).
Kehendak
adalah sebagai penting untuk moralitas tindakan untuk Rousseau seperti untuk
voluntaris datang setelah desakan agustine yang voluntas bona (good will) saja
baik (pilihan onfree kehendak, buku I, pasal 12); tapi Rousseau curiga sangat
"fakultas" - satu-satunya fakultas - yang bisa akhlak. Dengan
demikian ia mendesak dalam wacana pada ekonomi politik bahwa "kekuasaan
yang paling mutlak adalah bahwa yang menembus ke terdalam manusia menjadi, dan
kekhawatiran itu sendiri dengan kehendak-Nya tidak kurang dari dengan
tindakannya" (Rousseau, 1950b, hal. 297). Dapat akan baik sebuah
"couse moral" otonom dan tunduk rasionalisasi itu, generalisasi efek
otoritas edukatif? Ini adalah difficulity konstan Rousseau. Bahkan emile, yang
terbaik berpendidikan manusia, memilih untuk terus menerima bimbingan guru:
"adivse dan mengendalikan kita; kita akan mudah dipimpin; selama aku hidup
aku akan membutuhkan Anda "(Rousseau, 1910, p. 444). Berapa banyak lagi,
dari, lakukan orang biasa membutuhkan bimbingan dari "legislator
besar" - yang numa atau moses atau Lycurgus antaranya Rousseau berbicara
begitu sering (Rousseau, 1962c, pp 427-30;.. 1971a pp.118-20) - ketika mereka
memulai pengaturan dari sistem yang tidak hanya akan membantu dan
mempertahankan tetapi juga akhlak mereka. Kehendak umum tergantung pada
"kesatuan pemahaman, yang disediakan (setidaknya pada awalnya) oleh
otoritas edukatif - reather dari oleh Kantian" Bahkan alasan "memberi
(abadi)" ujung tujuan "- adalah sulit untuk membuat sempurna kongruen
dengan "akan" sebagai "penyebab moral" otonom
Bangsa
ini tentang hubungan kewenangan edukatif kehendak muncul tidak hanya dalam
teori Rousseau pendidikan umum atau sipil (terutama di politique Economie dan
Gouvernement de Pologne;. Rousseau, 1962c, pp 473-43), tetapi juga dalam teori
pendidikan swasta di emile. Dalam mendidik anak, Rousseau menyarankan tutor,
"biarkan dia pikir dia adalah guru saat Anda benar-benar menguasai."
Dan kemudian: "tidak ada tunduk begitu lengkap seperti itu yang menjaga
bentuk kebebasan; itu adalah thuse bahwa kehendak sendiri diambil tawanan
"(Rousseau, 1910, p. 84). Satu hampir tidak membantu menanyakan apa yang
telah menjadi dari "akan" ketika telah "ditangkap," dan
apakah itu cukup untuk melestarikan belaka "bentuk" kebebasan. Pada
titik ini Rousseau tampaknya telah dua pikiran: orang miskin yang
"setuju" untuk sebuah kontrak sosial yang hanya ligitimizes
kepemilikan orang kaya "melestarikan bentuk kebebasan," tetapi
Rousseau (dalam asal-usul ketidaksetaraan) menolak kontrak ini sebagai penipuan
(Rousseau, 1950a, hlm. 180-2). Sehingga tidak bisa strainghtforwardly kasus -
sebagai john Charvet berpendapat dalam penelitian Rousseau yang luar biasa - yang
Rousseau, yang citoyen de geneve, hanya tidak "khawatir dengan gap yang
membuka antara penampilan dan realitas kebebasan" (Charvet 1974 , p. 58).
Namun Charvet memiliki sesuatu dari titik, karena kehendak adalah
"ditawan" di emile dan "menembus" oleh otoritas dalam
wacana ekonomi politik; dan tidak bahwa penangkaran maupun penetrasi yang
dikritik oleh Rousseau - meskipun diktum mengenai merampas tindakan seseorang
"dari semua moralitas" jika menghalangi kehendak-Nya dari Jadi
seseorang melihat lagi mengapa kehendak umum akan menarik baginya: berubah-ubah
kesengajaan akan "kebebasan." akan "dibatalkan," akan
dirasionalisasikan oleh otoritas. "Diawetkan" (Hegel, 1967, hlm.
234).
Jika akan di
Rousseau adalah umum terutama melalui otoritas edukatif, sehingga kemauan
sebagai "penyebab moral" tidak cukup sebebas ia kadang-kadang lebih
suka, itu setidaknya dikatakan bahwa ketegangan antara "akan" dan
otoritas yang "generalisasi" itu hanya masalah sementara. Rousseau
tampaknya berharap bahwa pada dan waktu politik (sehingga untuk berbicara)
laki-laki akhirnya akan menjadi warga negara dan akan hanya akan kebaikan
bersama dalam kebajikan apa yang telah mereka pelajari dari waktu ke waktu;
pada akhir waktu sipil, mereka mungkin benar-benar bebas,
Dan
bukan hanya "dipaksa untuk bebas" (Rousseau, 1962b, hal. 36). Pada
akhir pendidikan politik - tidak lebih "denaturasi" atau
transformatif daripada pendidikan yang benar - masyarakat politik akhirnya akan
berada dalam posisi untuk mengatakan apa yang emile mengatakan pada akhir
pendidikan ini "domestik": "Saya telah memutuskan untuk menjadi
apa Anda telah membuat saya. "pada titik ini (dari" negeri ")
akan ada" persatuan pemahaman dan akan "dalam politik, tapi satu
yang" pemahaman "tidak lagi milik pribadi dari numa atau Lycurgus.
Pada titik ini, juga, "kesepakatan" dan "kontrak" akhirnya
akan memiliki arti nyata: "kehendak umum," yang "selalu
benar," akan tercerahkan juga, dan kontrak akan melampaui menjadi trik
kepercayaan orang kaya hanya itu (legalisasi properti yang tidak sama) bahwa
dalam asal-usul ketidaksetaraan. Pada akhir waktu politik, "umum akan satu
telah sebagai warga negara" akan menjadi semacam sifat kedua, mendekati
kealamian sejati volonte generale dalam versi Malebranche untuk modus operandi
ilahi. "Mendekati," bagaimanapun, adalah istilah terkuat yang bisa
digunakan, dan hubungan kehendak kepada otoritas edukatif yang
menggeneralisasikan itu tetap inrousseau masalah - lebih-lebih karena ia sering
ditolak (suasana hati lebih Lockean nya) yang ada alami berkuasa (Rousseau,
1962b, hal. 27).
Satu
masih bisa bertanya: bagaimana bisa mendamaikan desakan Rousseau pada otoritas
mendidik semua-membentuk dengan desakan yang sama nya pada choich gratis dan
otonomi pribadi? Sebuah jawaban yang mungkin adalah: melalui teori pendidikan,
yang merupakan jantung nya throught- satu hal yang bisa membuat rousseaueanism
"pekerjaan." Pada akhir waktu sipil, ketika orang telah terdenaturasi
dan diubah menjadi warga negara, mereka akan akhirnya memiliki pengetahuan
kewarganegaraan dan akan- umum seperti orang dewasa akhirnya memiliki
pengetahuan moral dan kemerdekaan yang mereka (harus) kekurangan sebagai
anak-anak. Untuk Rousseau ada tahapan tidak dapat dihindari dalam semua
pendidikan, baik swasta maupun publik: anak, katanya di emile, harus terlebih
dahulu mempelajari kebutuhan, kemudian untility, dan akhirnya moralitas, dalam
urutan tak terhindarkan. Jika seseorang mengatakan "harus" untuk bayi
ia hanya mengungkapkan ketidaktahuan dan kebodohannya sendiri. bangsa ini dari waktu
pendidikan yang diperlukan, untuk menjadi apa yang tidak, terungkap sempurna
dalam ucapan emile ini "Saya telah memutuskan untuk menjadi apa yang Anda
buat saya." Itu sengaja paradoks (karena banyak kepercayaan moral-politik
pusat Rousseau dilemparkan di bentuk paradoks); tetapi menunjukkan bahwa
kapasitas untuk "memutuskan" memang Ini adalah pendidikan yang
"Pasukan yang bebas" - dengan perlahan-lahan "generalisasi"
kehendak, sama, Rousseau "negara" yang di bodoh pertama
"dibuat.": "ada dengan negara-negara, seperti negara-negara,
seperti laki-laki, waktu yourth, atau, jika Anda lebih suka, kematangan, yang
kami harus menunggu sebelum menundukkan mereka untuk hukum (Rousseau, 1962b,
hal. 56). Waithing, bagaimanapun, memerlukan waktu ,; otonomi tiba di akhir proses,
dan kehendak umum akhirnya seperti tercerahkan seperti itu (selalu) benar. Pada
pembacaan wajar paling menguntungkan, maka, Rousseau tidak, karena beberapa
kritikus menuduh, bergetar tak jelas antara pendidikan "platonis" dan
"Lockean" sukarela: jika bangsanya menjadi-in-time bekerja, maka
generalite kuno dan volonte yang modernitas yang benar-benar menyatu dengan ini
"yang modern yang memiliki jiwa kuno".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar