Perbedaan Suku
Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam
1. Baduy Luar
Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari
adat dan wilayah Baduy Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya
warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di baduy
luar dan baduy dalam itu hampir sama, tetapi baduy luar lebih mengenal
teknologi dibanding baduy dalam.
Penyebab antara lain sebagai berikut :
Ø
Mereka telah melanggar adat masyarakat
Baduy Dalam.
Ø
Berkeinginan untuk keluar dari Baduy
Dalam
Ø
Menikah dengan anggota Baduy Luar
Proses Pembangunan Rumah penduduk Baduy Luar telah
menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya
dilarang oleh adat Baduy Dalam. Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua
(untuk laki-laki), yang menandakan bahwa
mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan
celana jeans.
2. Baduy Dalam
Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy.
Tidak seperti Baduy Luar, warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat
nenek moyang mereka.
Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Baduy Dalam
antara lain:
Ø Tidak
diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
Ø Tidak
diperkenankan menggunakan alas kaki
Ø Pintu rumah
harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Puun)
Ø Larangan
menggunakan alat elektronik (teknologi)
Ø Menggunakan
Kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan
menggunakan pakaian modern
Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat
mengikuti adat istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun
masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan
Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya
pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada
penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan
Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan
setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan)
kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat)
Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes
semakin meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya
merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa
lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap satu
malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat-istiadat yang berlaku di
sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Baduy
Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai. Namun demikian, wilayah
Kanekes tetap terlarang bagi orang asing (non-WNI). Beberapa wartawan asing
yang mencoba masuk sampai sekarang selalu ditolak masuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar