Kamis, 22 Desember 2016

Apakah "GURU" Juga Filsuf?



Apakah “GURU” juga Flsuf?
Yang dimaksudkan dengan guru adalah tokoh-tokoh spiritual yang dipandang telah mencapai pencerahan dan keheningan. Banyak orang berguru pada mereka untuk mencapai keadaan itu. Ada berbagai macam metode dan teknik yang digunakan para guru. Para ahli Zen, misalnya, menggunakan koan (teka teki yang memiliki jawaban rasional, seperti “bagaimanabuny bertepuk sebelah tangan?”) dan meditasi. Karena ungkapan-ungkapan para guru sering kali terasa mendalam dan berisi, orang kerap tergoda untuk menyebut mereka sebagai filsuf. Memang, banyak di antara mereka yang pas dengan gambaran kebanyakan orang tentang filsuf, yakni orang yang tua, bijak, dan berjanggut. Padahal, ada perbedaan penting antara guru dan filsif.
Pertama, para guru menawarkan keheninganan, yaitu suatu kondisi yang penuh ketenganan dan rasa lepas dan bebas yang tidak terpengaruh oleh pasang surut kehidupan. Sebaliknya, tujuan filsafat umumnya bukanlah untuk mencapai suatu kondisi mencapai suatu kondisi kejiwaan  tertentu. Tentu saja, orang yang bergumul dengan filsafatmungkin juga lalu mengalami depresi atau ekstase. Bahkan, beberapa filsuf seperti Lucretius (99-53) dan Spinoza (1632-1977) beroendapat bahwa kedamaian jiwa harus menjadi salah szatu tujuan femikiran filsafat. Akan tetapi, dalam sejarah, para filsuf pada umumnya tidak mencanangkan tujuan psikologis tertentu.
Kedua, meskipun para guru dapat membantu memberi pencerahan kepada kita, pernyataan “kefilsafatan” mereka sebenarnya lebih  merupakan suatu generalisasi psikologis tentang kordat manusia.
Ketiga, peran guru memang mengungkap banyak klaim filsafat. Menyatakan bahwa kebenaran ada di dalam diri sendiri, bahwa kedirian adalah ilusi, dan bahwa kenyataan senantiasa mengalami perubahan secara terus menerus dan kreatif, sebenarnya berarti mengambil sikap atas suatu persoalan filsafat. Untuk menjadi filsuf, orang harus berfilsafat. Dalam hal ini para guru umumnya tidak memenuhi syarat, inilah kiranya perbedaan terpenting antara guru dan filsuf.
Berfilsafat berarti menyusun dan mempertahankan keyakinan-keyakinan seseorang dengan menggunakan argumentasi rasional. Padahal, para guru biasanya tidak berminat untuk memberikan alasan bagi pertanyaan-pertanyaan mereka. Orang tidak berdebat dengan seorang guru. Orang hanya bisa meminta penjelasan dari seorang guru sebagai tokoh berwibawa penuh, sebagai seorang yang telah memiliki seluruh kebenaran. Bahkan tidak sedikit guru yang menertawakan masalah-masalah konseptual yang digumuli para filsuf, dan mengatakan bahwa pencerahan sejati tidak mungkin dicapai melalui pemikiran semata-mata.
Jadi, ada beberapa perbedaan penting antara guru dan filsuf. Perbedaan-perbedaan itu dalam dirinya sendiri sama sekali tidak mengimplementasikab apa pun mengenai manfaat menjadi guru maupun menjadi filsuf. Mengikuti seorang guru atau bahkan menjadi guru mungkin saja merupakan aktivitas yang sangat bernilai bagi seseorang. Pengetahuan tentang perbedaan-perbedaan tersebut berguna untuk memperjelas atau mengubah pandangan kita mengenai para guru maupun filsuf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar