Mengapa
Suatu Filsafat Manusia?
Filsafat adalah suatu
cara atau metode pemikiran yang bertanya-tanya tentang sifat dasar dan hakiki
berbagai kenyataan yang tampil di muka kita. Filsafat coba menerangi
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: apa artinya hidup dan kegiatan,
kebebasan dan cinta.? Apa yang ingin dikatakan jika orang berbicara tentang
dunia, alam semesta, manusia serta Allah?
Filsafat manusia
jelasnya adalah bagian filsafat yang engupas apa arti manusia sendiri. Ia
mencoba mengucapkan sebaik mungkin apakah sebenarnya makhluk itu yang disebut
“manusia”?
Filsafat manusia sering
kali, terutama pada waktu lampau, dinamakan “psikologi filosofis” atau
“psikologi rasional”, sebagai lawan dari “psikologi empiris”, “eksperimental”,
atau “ilmiah”. Tetapi istilah “psikologi” mengandung kesulitan kalau orang
berpegang pada etimologinya saja (ilmu jiwa) karena seolah-olah hanya satu
aspek dari manusia diperhatikan, yaitu jiwanya (psyche dalam bahasa yunani). Oleh sebab itu, istilah “filsafat
manusia” atau “antropologi filosofis” (Anthropos
dalam bahasa Yunani berarti manusia) tampak lebih eksak karena apa yang
dipelajari dengannya manusia sepenuhnya, roh serta badannya, jiwa serta
dagingnya.
Alasan-alasan yang
membawa kita untuk mempelajari filsafat manusia cukup jelas. Pertama-tama,
manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan dan kewajiban (sampai batas
tertentu) untuk menyelidiki arti yang dalam dari “yang ada”. Ia memikirkan dan
bertanya tentang segala hal. Maka, tidak heran bawa ia cenderung secara spontan
untuk bertanya : apakah artinya menjadi manusia? Kerap kali, sejak usia remaja,
manusia merasa dalam dirinya sendiri yang paling pribadi suatu dorongan yang,
menurut sokretes, telah didengarnya di bawah langit Delphi : kenalilah dirimu
sendiri!”
Lagi pula, tiap orang
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, meskipun ia tidak perlu mengenal
dan mengerti segala hal, setidak-tidaknya ia harus mengenal dan mengerti
dirinya sendiri secara cukup mendalam untuk dapat mengatur sikapnya dalam hidup
ini. Tetapi, untuk dapat mengerti diri, untuk membedakan mana yang baik atau
buruk baginya, ia harus sudah memperleh pandangan yang cukup tepat tentang apa
hakikat kodrat manusia itu : kemampuan apa yang dimiliki oleh sifat manusiawi
itu dan apa yang dicita-citakannya ? apa yang benar-benar dapat mengembangkan
serta menyempurnakannya?
Apa sebenarnya manusia
itu, apa yang memang khas bagi sifat manusiawi, apa yang membuat manusia itu
berkedudukan diatas makhluk-makhluk lainnya, dan apa yang merupakan
martabatnya? Nah, itulah pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dihindari.
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang telah dicoba dijawab dengan tegas oleh begitu
banyak ahli piker sebelum kita, dan yang sekarang harus kita hadapi dengan
diilhami ileh kebijaksanaan waktu lampau sambal memperhitungkan juga ilmu-ilmu
pengetahuan serta kebudayaan zaman ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar