Rabu, 21 Desember 2016

mengapa suatu filsafat manusia?



Mengapa Suatu Filsafat Manusia?
Filsafat adalah suatu cara atau metode pemikiran yang bertanya-tanya tentang sifat dasar dan hakiki berbagai kenyataan yang tampil di muka kita. Filsafat coba menerangi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: apa artinya hidup dan kegiatan, kebebasan dan cinta.? Apa yang ingin dikatakan jika orang berbicara tentang dunia, alam semesta, manusia serta Allah?
Filsafat manusia jelasnya adalah bagian filsafat yang engupas apa arti manusia sendiri. Ia mencoba mengucapkan sebaik mungkin apakah sebenarnya makhluk itu yang disebut “manusia”?
Filsafat manusia sering kali, terutama pada waktu lampau, dinamakan “psikologi filosofis” atau “psikologi rasional”, sebagai lawan dari “psikologi empiris”, “eksperimental”, atau “ilmiah”. Tetapi istilah “psikologi” mengandung kesulitan kalau orang berpegang pada etimologinya saja (ilmu jiwa) karena seolah-olah hanya satu aspek dari manusia diperhatikan, yaitu jiwanya (psyche dalam bahasa yunani). Oleh sebab itu, istilah “filsafat manusia” atau “antropologi filosofis” (Anthropos dalam bahasa Yunani berarti manusia) tampak lebih eksak karena apa yang dipelajari dengannya manusia sepenuhnya, roh serta badannya, jiwa serta dagingnya.
Alasan-alasan yang membawa kita untuk mempelajari filsafat manusia cukup jelas. Pertama-tama, manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan dan kewajiban (sampai batas tertentu) untuk menyelidiki arti yang dalam dari “yang ada”. Ia memikirkan dan bertanya tentang segala hal. Maka, tidak heran bawa ia cenderung secara spontan untuk bertanya : apakah artinya menjadi manusia? Kerap kali, sejak usia remaja, manusia merasa dalam dirinya sendiri yang paling pribadi suatu dorongan yang, menurut sokretes, telah didengarnya di bawah langit Delphi : kenalilah dirimu sendiri!”
Lagi pula, tiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, meskipun ia tidak perlu mengenal dan mengerti segala hal, setidak-tidaknya ia harus mengenal dan mengerti dirinya sendiri secara cukup mendalam untuk dapat mengatur sikapnya dalam hidup ini. Tetapi, untuk dapat mengerti diri, untuk membedakan mana yang baik atau buruk baginya, ia harus sudah memperleh pandangan yang cukup tepat tentang apa hakikat kodrat manusia itu : kemampuan apa yang dimiliki oleh sifat manusiawi itu dan apa yang dicita-citakannya ? apa yang benar-benar dapat mengembangkan serta menyempurnakannya?
Apa sebenarnya manusia itu, apa yang memang khas bagi sifat manusiawi, apa yang membuat manusia itu berkedudukan diatas makhluk-makhluk lainnya, dan apa yang merupakan martabatnya? Nah, itulah pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dihindari. Itulah pertanyaan-pertanyaan yang telah dicoba dijawab dengan tegas oleh begitu banyak ahli piker sebelum kita, dan yang sekarang harus kita hadapi dengan diilhami ileh kebijaksanaan waktu lampau sambal memperhitungkan juga ilmu-ilmu pengetahuan serta kebudayaan zaman ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar