Sabtu, 26 November 2016

pengembangan konsep diri peserta didik



PENGEMBANGAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK
A.    Pengembangan Konsep Diri dan Harga Diri Peserta Didik
Konsep diri di definisikan secara berbeda oleh para ahli. Seibert and Hoffnung(1994) misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri”. Menurut Burns (1986), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1986), mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara itu, Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, kerakteristik pribadinya, motivasinya, keseluruhannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mecakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Setelah ter-install, konsep diri akan masuk kepikiran bawah sadar dan akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu.
1.      Konsep Diri dan Harga Diri
Menurut Santrock (1998), self-esteem adalah dimensi penilaian yang menyeluruh Dri diri. Self-esteem juga sering disebut dengan self-worth atau self-image. Sedangkan, self-concept adalah penilaian terhadap domain yang spesifik.
Sedangkan menurut Gilmore (dalam Akhmad Sudrajad), harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1973) memberikan pengertian harga diri (self esteem) sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.
Para ahli pun berbeda pendapat dalam menerapkan dimensi-dimensi konsep diri. Namun secara umum, para ahli menyebutkan 3 dimensi diri. Meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Calhoun dan Acocella (199-) misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri sebagai berikut:
a.      Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang diri saya.
b.      Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-citakan di masa depan. Kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri, penghargaan ini merupakan diri-ideal(self-ideal) ata diri yang dicita-citakan.
c.       Penilaian
Dimensi ketiga dalam konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri sendiri. Menurut Calhoun dan Acocela(1990), setiap hari kita berperan sebagai penilaian tentang diri sendiri, menilai apakah kita bertentangan dengan : (1) pengaharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa);(2) sandaran yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa).
2.      Konsep Diri dalam Prestasi Belajar
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972) misalnya, mengemukakan banyak peneliti yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah.
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri atau prestasi belajar, Fink (dalam Burns, 1982) melakukan penelitian dengan menggunakan sejumlah siswa laki-laki dan siswa perempuan yang dipasangkan berdasarkan tingkat inteligensi mereka, selain itu mereka juga digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu kelompok prestasi lebih (overachievers) dan kelompok prestasi kurang (underachievers).  
B.     Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif, ditambah dengan lingkungan yang kurang mendukung cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini adalah karena ank cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan yang ia dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungannya memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga perkembangan konsep diri yang positif.
1.      Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan konsep diri anak selama bertahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karateristik konsep diri berikut.
a.       Karateristik Internal. Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakter internal dirinya melalui karakteristik eksternal.
b.      Karaketistik Aspek Sosiai. Selama bettahun-tahun sekolah dasar, aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat dalam suatu investigasi, anak-anak sekolah dasar seringkali menjadi kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi mereka (Liversly dan Bromley, 1983).
c.       Karakteristik Perbandingan Sosial. Pemahaman diri anak-anak usia sekolah dasar juga mengacu pada perbandingan sosial. Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain, secara komparatif daripada secara absolut.
2.      Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)
Santrock (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik penting perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu sebagai berikut.
a.       Abstract and Idealistic. Gambaran tentang konsep diri yang abstrak, misalnya dapat dilihat dari pernyataan remaja usia 14 tahun mengenai dirinya. Meskipun tidak semua remaja menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealis, namun sebagian besar remaja membedakan antara diri mereka yang sebenarnya dengan yang diidamkannya.
b.      Differentiated. Konsep diri remaja biasa menjadi semakin terdiferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan diriny sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin terdiferensiasi.
c.       Contradictions Within the Self. Remaja mendefinisikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda.
d.      The Fluctuating Self. Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan fluktusiasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan.
e.       Real and Ideal, True and False Selves. Kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukan adanya peningkatan kemampuan kognitif mereka.
C.    Implikasi Perkembangan Konsep Diri terhadap Pendidikan
Peserta didik mengalami permasalahan disekolah pada umumnya menunjukan tingkat konsep diri yang rendah. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, guru perlu melakukan upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri peserta didik. Berikut ini beberapa strategi yang mungkin dilakukan guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik.
1.      Membuat siswa merasa mendapatkan dukungan dari guru
2.      Membuat siswa merasa bertanggung jawab
3.      Membuat siswa merasa mampu
4.      Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis
5.      Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis
6.      Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis
Sedangkan karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu, baik fisik, mental, ataupun emosional biasa digunakan istilah nature dan nuture. Nature adalah karakteristik individu atau sifat khas seseorang sejak lahir atau yang diwarisi sebagai pembawaan, sedangkan nuture adalah faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya. Nature dan nuture ini merupakan dua faktor yang memengaruhi karakteristik individu, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang lain, dalam hal ini proses pendidikan di sekolah harsu di sesuaikan dengan karakteristik peserat didik secara individu. Berdasarkan pemahaman ini, secara esensial proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-masing individu peserta didik dapat belajar secara optimal.
D.    Karakeristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman (Winkel). Menurut Ernest R. Hilgard (dalam Sumardi Suryabrata, 1984: 252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Moh. Surya (1981: 32) menjelaskan, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman  individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Robert. M. Gagne mendefinisikan belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera atau pengalamannya.
1.      Cara Anak Belajar
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dalam beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).  Belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu sebagai berikut:
1.             Konkret, mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret, yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan iotak-atik, dengan titik penekanan lingkungan akan menghasilkan proses dan sumber belajar.
2.             Intergratif, anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berfikir anak yang deduktif, yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
3.             Hierarkis, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hai-hai yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.
Adapun karakteristik pembelajaran yang perlu dilakukan terhadap anak-anak tersebut dengan menggunakan hal berikut.
1.    Belajar dan Pembelajaran Bermakna
2.    Pembelajaran Tematik
Dalam kegiatan pembelajaran guru memenuhi karakteristik belajar anak usia sekolah dasar (SD), diperlukan motivasi dari guru, karena motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Berikut ini 18 kiat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
1.    Gunakan metode dan kegiatan yang bervariasi
2.    Jadikan siswa peserta aktif
3.    Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
4.    Ciptakan suasana yang kondusif
5.    Berikan tugas secara proporsional
6.    Libatkan diri untuk membantu siswa mencapai hasil
7.    Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
8.    Hindari kompetisi antar pribadi
9.    Berikan masukan
10.                         Hargai kesuksesan dan keteladanan
11.                         Antusias dalam mengajar
12.                         Tentukan standar yang tinggi (namun realistis) bagi seluruh siswa
13.                         Pemberian penghargaan untuk memotivasi
14.                         Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
15.                         Kenali minat siswa-siswa
16.                         Peduli dengan siswa-siswa 
17.                         Hindari penggunaan ancaman  
18.                         Hindari komentar buruk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar